Minggu, 04 Maret 2012

Catatan dari Himalaya



Judul: Nyanyian Angin di Celah Gemunung Himalaya
Penulis: Sieling Go
Penerbit: Grasindo, 2010
Tebal: 404 Halaman

Perjalanan menjangkau tempat-tempat terpencil dan nyaris tidak dapat ditinggali manusia, selalu menyisakan pengalaman tidak terlupakan. Bukan hanya karena menyaksikan pemandangan alam yang menakjubkan, melainkan juga karena pengalaman kemanusiaan dan spiritual.

Itu juga yang dialami oleh Sieling Go, 51 tahun yang melakukan perjalanan seorang diri menuju Himalaya, Nepal, pada tahun 2007. Dia adalah orang Indonesia. Kemauannya yang keras membawanya berada selama lebih dari dua puluh hari melalui daerah bersuhu ekstrim untuk mencapai puncak gunung itu.

Selama melakukan perjalanan menuju puncak Himalaya, Seiling membuat sejumlah catatan. Hal ini lazim dilakukan oleh para pendaki untuk merekam apa saja yang mereka temui selama perjalanan. Catatan itulah yang kemudian disusun menjadi buku Nyanyian Angin di Himalaya ini.

Dari catatan yang dibuat tersebut, pembaca dapat ikut merasakan perjuangan Sieling dalam menaklukan alam. Suhu yang ekstrem, perubahan cuaca yang mendadak, serta medan yang berat, merupakan pengalaman sehari-hari yang ditemui untuk mencapai puncak Himalaya.

Namun hal itu tidak membuat niat ibu dari dua orang anak itu surut. Sebaliknya, ia menghadapi semua tantangan itu dengan penuh keberanian. Kadang-kadang, karena terlalu bersemangat, ia tidak menghiraukan peringatan para pemandunya. Tak pelak, kecelakaan kecil terjadi padanya yang mengakibatkan cedera ringan.

Perjalan yang penuh bahaya ini nyaris menyeret Sieling ke lubang kematian (hal. 247). Ia sempat terperosok ke dalam jurang. Hal ini terjadi ketika ia kembali Cchukhung dari Imja Base Camp.

Pendamping yang berjalan jauh di depannya tidak melihat hal ini. Usahanya untuk membawa tubuhnya ke tempat yang lebih tinggi gagal. Sebaliknya ia terperosok lebih dalam sebelum kemudian pasrah untuk menunggu pertotolongan.

Untung saja tim yang mendampinginya segera menyadari kejadian ini. Mereka pun kembali untuk menyelematkan Sieling. Mereka berhasil menyelamatkan Sieling kendati tubuhnya dipenuhi luka.

Dari sini Sieling belajar bahwa rasa kebersamaan dalam tim sangat diperlukan. Keahlian dan pengetahuan dari sebauh anggota tim memang penting. Namun semuanya tidak banyak berguna jika kerja sama yang baik dalam tim tidak ada.

Dalam catatan yang ditulisnya, terlihat Sieling mencoba untuk merekam apa yang ditemuinya. Hal ini terutama sangat berguna bagi mereka yang gemar mendaki gunung, terutama mereka yang berencana untuk mengikuti jejak Sieling hingga ke Himalaya.

Namun sayangnya, buku ini tidak dilengkapi dengank isah lain mengenai kehidupan masyarakat di wilayah yang ia lewati. Padahal sedikit kedalaman mengenai hal itu akan membuat buku ini lebih kaya sebagai sebuah catatan perjalanan. Cerita mengenai adat, kebiasaan, mitos, serta pengaruh kehidupan politik misalnya, akan membuat perjalanan Sieling semakin menarik dan bernas.

Catatan lain mengenai buku ini ialah, gaya penulisan Sieling yang lebih mirip dengan catatan harian. Jika saja Sieling mengemasnya dengan gaya penulisan feature ataupun jurnalistik gaya baru (the new journalism), maka tulisannya akan lebih enak untuk dibaca.***

1 komentar:

weetow mengatakan...

luar biasa... ada ebook ny gak ya ?