Penulis :
Oei Hong Djien
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia dan
Terbit : I, April 2012
Halaman : xli + 537 Halaman
Harga : Rp. 150.000.
Menilai sebuah benda
seni dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh seniman ataupun kritikus seni. Sebab,
karya seni sebagai sebuah artifak, adalah objek yang “terlepas” dari
kreatornya, dan setiap orang bebas untuk memaknai.
Namun, bagaimana
pencinta ataupun kolektor benda seni memandang sebuah karya seni? Apakah semata
untuk kepuasan pribadi, status sosial, atau komoditi investasi? Buku ini
menjawab pertanyaan tersebut.
Adalah Oei Hong
Djien, salah satu kolektor benda seni terkemuka Indonesia yang reputasinya
diakui dunia. Saat ini ia tidak hanya
“gandrung” mengoleksi benda seni, melainkan
ikut “menyelamatkan” sejarah seni rupa modern Indonesia.
Saya katakan
“menyelamatkan” karena selain menyimpan ribuan lukisan karya maestro Indonesia
dan sejumlah karya kontemporer, ia juga ikut melestarikannya dengan merestorasi
benda-benda seni tersebut sepanjang diperlukan.
Bahkan ia juga
telah “mengembalikan” karya pelukis legendaris Indoneisa yang sudah berada di
tangan kolektor di luar negeri. Cara-cara seperti ini tentu bukan gaya seorang
kolektor yang menganggap karya seni sebagai komoditi, melainkan kolektor yang
sungguh-sungguh mencintai karya seni, sekaligus memiliki tanggung jawab
terhadap “aset” bangsa.nilai koleksinya kemudian bertambah, itu hanya sekadar
keuntungan lain. Apalagi ia tidak berniat untuk menjual kembali koleksinya.
Mengenai pasar,
Hong Djien memiliki sejumlah catatan. Hasil pengamatannya menunjukkan,
kadang-kadang pasar bereakasi tidak
rasional. Di sini ia mempersoalkan harga pasar yang dapat melambung tinggi
secara tidak wajar.
Lukisan seniman
yang belum memiliki pengalaman misalnya, dapat terjual dengan harga yang sangat
tinggi. Padahal kreativitas dan konsistensinya belum teruji. Hal ini dapat
membawa kerugian tidak hanya bagi seniman itu sendiri melainkan juga bagi dunia
seni Indonesia secara umum.
Pada
kondisi demikian, akan muncul seniman
yang selalu berusaha memenuhi selera pasar. Dengan begitu, makna sebuah karya
akan tereduksi, sebab ia tidak ada bedanya dengan craft yang harus diproduksi secara masal agar dapat terserap pasar.
Hong Djien
sendiri menyadari, pasar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan begitu saja.
Tanpa pasar, seniman memang tidak bisa
hidup. Tanpa transaksi atau kegiatan
jua-beli karya seni rupa tidak akan dapat berkembang. Keduanya harus saling
bersinergi. Namun, kualitas sebuah karya seni harus menjadi yang utama.
Itu sebabnya
Hong Djien selalu mengingatkan kepada para kolektor untuk bereaksi wajar terhadap
karya seni. Menjadikan karya seni sebagai komoditi yang hanya dilihat dari sisi
untung-rugi tidak akan membawa dampak positif kepada dunia seni.
Lewat buku ini
Hong Djien juga berbagi pengalaman selama berinterkasi dengan seniman, mulai
yang legendaris seperti Affandi hingga seniman yang jauh lebih muda seperti
Made Sukadana. Kedekatan dengan seniman
dan memahami proses kreatifnya membuat ia semakin mengerti bagaimana menilai,
menikmati dan menghargai sebuah karya seni.***
2 komentar:
Trims resensinya. tetap semangat ya. salam blogging
bagus review ny ..buku nya juga bagus..
memang sekarang art makna nys sudah memudar lelbih mementingkan uang daripada nilai asli dari sebuah dari sebuah karya
www.tas-spunbond.com
Posting Komentar