Judul : Bocah Penjinak Angin
Penulis : William Kamkwamba dan Bryan Mealer
Penerbit : Literati
Terbit : I, April 2011
Tebal : 396 halaman
Harga : Rp. 54.000
Mimpi dan ketekunan adalah kombinasi yang tepat untuk mewujudkan cita-cita. Pada titik tertentu, keduanya tidak hanya mengubah seseorang, tetapi juga mengubah dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya.
Kisah dalam buku ini adalah contoh untuk hal tersebut. Demi mimpinya, seorang remaja miskin di Malawi, Afrika, nekad melakukan hal-hal dianggap konyol oleh kebanyakan orang. Ia bahkan tidak menggubris ejekan orang lain tentang dirinya, sebab ia yakin, apa yang dilakukannya akan membawa perubahan.
Adalah William Kamkwamba, bocah Malawi, Afrika, yang tumbuh di sebuah kawasan miskin. Musim panas panjang yang melanda negeri itu tidak hanya membuat dirinya terpaksa angkat kaki dari sekolah, namun juga membuat sejumlah temannya meregang nyawa karena kelaparan.
Tersingkir dari bangku sekolah ternyata tidak membuat ia patah semangat. Sementara terus bekerja membantu orangtuanya, William terus belajar. Sejumlah buku fisika dan teknik listrik dari perpustakaan dilalapnya.
Meskipun banyak hal yang tidak ia mengerti, namun kemauan keras telah membuka jalan kepadanya untuk memahami hal-hal tersebut. Apa yang sebelumnya dipahami secara samar, dengan studi pustaka, hal itu menjadi lebih jelas.
Kesungguhan itu akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil mendirikan sebuah kincir angin yang menghasilkan tenaga listrik. Orang-orang yang semula menganggap William "tidak waras" akhirnya mengakui kehebatannya.
Sukses inilah yang mengantarkan William menghadiri konferensi TED (Technology, Entertainment and Design). TED adalah sebuah pertemuan tahunan dimana para penemu, ilmuan dan pencipta, berbagi gagasan dan ide.
Dari apa yang dialami William, kita dapat belajar bahwa keterbatasan dan kekurangan tidak selalu menghambat usaha atau mimpi seseorang. Sebaliknya kendala itu sesungguhnya mendorong seseorang untuk lebih kreatif.
Barang bekas, benda-benda rongsokan misalnya, dapat diubah menjadi benda-benda yang lebih berguna. Bagi William tujuannya adalah satu, membangun sesuatu yang ia percaya kelak dapat melepaskan keluarganya dari kemiskinan dan kelaparan.
Pencapaian William tidak diraih dengan mudah. Kewajiban untuk membantu orangtua di ladang, kemiskinan, dukungan yang minim dari orang-orang di sekitarnya, adalah bukti bahwa mimpinya sulit untuk dicapai. Namun, keinginan yang kuat telah membalikkan keadaan itu.
William pun menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di desanya. Ia tidak banyak bicara. Namun karyanyanyalah yang berbicara dan menunjukkan siapa William sesungguhnya.
Selain sepak terjang William, buku ini juga mengisahkan selintas mengenai Afrika secara antropologis. Kepercayaan tradisional Afrika ternyata menjadi salah satu penghambat kemajuan. Sihir dan tahayul lebih sering mendapatkan tempat lebih luas dalam jalan pikiran mereka ketimbang hal-hal yang rasional.
Sementara itu, dari dunia politik, diceritakan selintas dalam buku ini bagaimana lembaga-lembaga resmi di negeri itu telah melakukan korupsi yang tidak tanggung-tanggung. Akibatnya kemiskinan kian meluas. Pemerintah yang tidak memedulikan rakyatnya turut memperparah kondisi ini. Namun, mimpi dan semangat perubahanlah yang dapat merombak keadaan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar